Rabu, 28 Desember 2011

ASI,HEALING MOTHER EARTH

Dalam rangka memperingati Hari Ibu Tahun 2011 ini,
Tgl 23 Desember 2011 KHRISNA Pusat Oleh-oleh di Bali bekerja sama dengan BPA (Bali Peduli Asi) menggelar KAMPANYE ASI "ASI,Healing Mother Earth " melalui pagelaran Budaya di desa Budaya Kertalangu di meriahkan oleh Artis Bali Ayu Laksmi.

Dalam seminar itu dibuka oleh: Prof.DR.dr.Nila Moeloek, SpM.(Ketua Dharmawanita Pusat) 
Pembicara : dr.Utami Roesli, SpA.,IBCLC. (Ketua Sentra Laktasi Indonesia/SELASI) dan dr.IGAN.Partiwi SpA.(Satgas ASI Ikatan Dokter Anak Indonesia)
Di Moderatori oleh : Isyana Bagus Oka (Penyiar RCTI)
DIMERIAHKAN oleh : AYU LAKSMI DAN TEAM

Alhamdulillah acara berjalan dengan lancarnya.Sungguh Luar biasa para panitia Event ini karena hanya punya waktu 3 minggu saja untuk mempersiapkan semuanya.Tanpa adanya EO semua panitia yg tergabung dalam BPA (Gek Wulan Mahaswari,dr.Adit,dr.Oka,Mba Rani,Mba Channy,Mba Alida,Dee Jie dan bersyukur juga diriku bisa bergabung dengan mereka) bahu membahu mempersiapkan semuanya.Sungguh suatu perjuangan yg melelahkan akan tetapi bagi kami semua yang terpenting seruan kami tentang kembali ke ASI mampu terdengar di Pulau Bali ini.

Semangat kami mendirikan Bali Peduli ASI (BPA) ini semata-mata karena kami prihatin melihat maraknya penggunaan Susu Formula yang diberikan kepada bayi-bayi mungil yg seharusnya mendapatkan makanan utamanya yaitu ASI.

Dalam seminar itu disampaikan bahwa bisa saja ASI digantikan oleh cairan pengganti ASI ,akan tetapi para orang tua tidak bisa mendapatkan/menggantikan kandungan ASI yang syarat dengan kecukupan kandungan gizinya dan sangat cocok dengan pencernaan bayi serta ASI mampu mencerdaskan otak si bayi.Kesimpulannya bahwa KECERDASAN anak tidak bisa digantikan/dibeli.demikian ungkap dr.TIWI.

Sedangkan dr.Utami Rusli menyampaikan tentang pentingnya Inisiasi Menyusu Dini (IMD) bagi ibu dan bayi.Dengan melalui proses IMD akan terjalin ikatan kasih sayang yg mendalam antara ibu dan anak,bayi tidak merasa stress karena berada di dunia asing di luar rahim ibunya yg tadinya bisa berenang-renang mengambang dalam cairan rahim sang ibu,tiba-tiba keluar ke dunia yg ia belum kenal.Bayi akan mendapatkan antibiotik alami melalui jilatannya ke tubuh ibu karena dalam kulit ibu yg baru melahirkan terdapat bakteri baik yang bisa menjadi antibiotik alami buat si jabang bayi.Ibu juga akan merasakan banyak manfaatnya seperti lebih cepatnya proses pengeluaran plasenta karena dorongan kaki bayi di atas perut ibunya.Dari proses itu akan terjalin kenyamanan antara ibu dan anak.

IMD tidak hanya bisa dilakukan oleh ibu-ibu yang melahirkan secara normal akan tetapi ibu-ibu yang melahirkan secara caesar pun bisa melakukannya dengan sempurna jika mendapat dukungan yg penuh dari orang di sekelilingnya baik keluarga maupun dokter Obgyn yang menanganinya.

Lumayan kemarin bisa mengikuti acara walaupun sekilas-sekilas karena kesibukan jadi panitia hee...so cuma segitu doank yang bisa keliput..
semoga bisa bermanfaat buat yang membacanya...

bagi yang berminat untuk bergabung dengan Bali Peduli ASI (BPA) Bisa looh menghubungi via email ke balipeduliasi@gmail.com ato follow us di twitter @balipeduliasi yaa...

ASI Yess...semua pasti Bisa !!!

salam ASI
-antik-



TEAM BPA with dr.TIWI dan ISYANA BAGUS OKA

Minggu, 13 November 2011

Action dan Keuletan

Dari ujung kepala hingga ujung kaki, bisa menghasilkan Ide, uang dan kekayaan bagi orang yang mau bertindak nyata untuk menggali dan mengembangkannya dengan ulet~Tung Desem Waringin~

Selasa, 08 November 2011

Syukur

“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim:7)

Senin, 07 November 2011

Pesimis dan Optimis

Orang yang pesimis hanya sering menyalahkan keadaan sehingga ia tidak sukses.
Orang optimis dan sukses selalu mencari kesempatan positif yang bisa dikembangkan untuk keperluan banyak orang
~Tung Desem Waringin~

Senin, 15 Agustus 2011

Dunia Antik

Dunia Antik
Orang sukses juga pernah kecewa, tetapi orang sukses mampu menggunakan kekecewaan sebagai pondasi yang lebih kuat lagi untuk
berkembang dan menjadi sukses dengan jauh lebih baik lagi
Tung Desem Waringin

Sabtu, 13 Agustus 2011

SERIGALA TUA

Alkisah ada seseorang yang sedang melintasi hutan dan melihat ada seekor serigala yang keempat kakinya lumpuh. Serigala itu hidup berdiam di mulut sebuah gua. Meski serigala itu lumpuh namun tubuhnya tetap kuat dan sehat. Orang ini lalu ingin tahu bagaimana serigala itu bisa mempertahankan hidupnya dengan keempat kaki yang lumpuh. Dari kejauhan ia memperhatikan serigala itu sepanjang hari.
Tiba-tiba muncul seekor harimau datang membawa rusa hasil buruannya. Harimau itu menyantap sepuasnya, dan meninggalkan sisa makanan bagi sang serigala. Kemudian, serigala itu memakan sisa-sisa santapan harimau itu.
Keesokan harinya, harimau itu datang lagi dengan membawa kijang hasil buruannya. Sama seperti kemarin, harimau itu menyantap kijang sepuasnya dan meninggalkan sisa bagi serigala. Maka serigala pun mendapatkan makanan yang cukup.
Lelaki ini tersenyum dan mengagumi betapa kebaikan Tuhan yang begitu besar. Dalam hatinya ia berkata, Tuhan tidak akan menyia-nyiakan makhluknya. Lebih lanjut ia mempunya rencana, "Kalau begitu, aku juga akan menganggur saja di rumah. Aku percaya sepenuhnya kepada Tuhan karena Tuhan akan mencukup segala kebutuhanku, sebagaimana yang Tuhan lakukan kepada serigala itu."
Lelaki itu pulang dan melakukan niatnya. Selama berhari-hari ia berdiam di rumah, tetapi tidak terjadi apa-apa. Malah perutnya semakin lapar. Ketika lelaki yang malang ini hampir mati, ia mendengar sebuah suara menggelegar dalam pendengarannya, "Hai engkau, orang yang sesat, bukalah matamu pada kebenaran! Ikutilah teladan harimau dan berhentilah meniru serigala yang lumpuh!"

Sumber artikel, dari buku:
Sudarmono, Dr.(2010). Mutiara Kalbu Sebening Embun Pagi, 1001 Kisah Sumber Inspirasi. Yogyakarta: Idea Press. Volume 3 . Hal. 590-591. ISBN 978-6028-686-402.

Sabtu, 06 Agustus 2011

Latihlah Mendengarkan, Anda Lebih Mudah Menguasai Anak (sebuah nukilan)


Written By: Ihsan Baihaqi Ibnu Bukhari

Pendiri Sekolah Orangtua PSPA | Penulis Buku Best Seller “Sudahkah Aku Jadi Orangtua Shalih?”
“Dan sungguh, akan Kami isi Neraka Jahanam banyak dari kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunya mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah) dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah”.
Tidak berlebihan sama sekali. Perhatikan: dengarkan anak Anda, maka Anda bisa menguasai anak Anda! Maksudnya, jika hati anak Anda sudah diambil, maka ia lebih mudah Anda kendalikan.

Menguasai anak bukanlah tujuan. Pun mengendalikan anak juga bukan cara terbaik mengendalikan perilaku anak. Terbaik adalah bagaimana kita melatih anak untuk mengendalikan perilakunya sendiri.Tetapi, anda tidak bisa melatih anak untuk mengendalikan dirinya jika dan jika Anda tidak bisa mengendalikan anak Anda.
Pernahkah Anda melihat anak yang semaunya menuntut orangtua untuk memenuhi keinginan yang bahkan di luar kemampuan orangtuanya? Seorang guru bercerita pada saya tentang salah satu murid laki-lakinya di SMP, mogok sekolah. Usut punya usut ternyata setelah dicari tahu anak ini ingin dibelikan sepeda motor oleh orangtuanya. Padahal, kemampuan ekonomi orangtuanya tidak seberapa. Boro-boro beli sepeda motor, lah memenuhi kebutuhan sehari-hari ditambah biaya sekolah anaknya saja megap-megap. Kok bisa anak ini tidak mengerti keadaan orangtua?

Gaya hidup konsumtif? Tentu ini salah satu sebab. Jangan salah, gaya hidup konsumtif itu tidak hanya bisa menyerang Anda yang berkecukupan, tapi juga dari orang yang pas-pasan bahkan orang yang kekurangan. Jika ibu-ibu di gang sempit tiap hari merasa wajib ‘jajan’ bakso, batagor, siomay dan sebangsanya, yang lewat depan rumah,  jika para pengayuh becak, yang katanya cekak itu, menghabiskan berbatang-batang rokok tiap hari, jika anak-anak balitanya setiap hari nangis karena ingin ‘silaturahmi’ dengan tukang mainan yang lewat tiap hari dan lalu orangtua selalu memenuhinya, ini juga bagian dari gaya hidup konsumtif!

Tapi, ini bukan bahasan saya sekarang. Salah satu sebab lain anak-anak ini melakukan itu adalah akibat orangtua memang benar-benar tidak bisa menguasai anak. Jika orangtua tak bisa menguasai anak, maka anak ini akan bersikap dan berbuat seenaknya pada orangtua. Bentuk pada anak balita misalnya, jika keinginannya tidak dipenuhi: berteriak-teriak sekencangnya, ngamuk, guling-guling, mukul-mukul orangtua, melempar-lempar barang, mengigit. Sedangkan pada anak remaja misalnya: tak mau diajak ngomong, lebih senang menyendiri di dalam kamar saat di rumah, pulang tengah malah menjadi rutinitas harian, membentak-bentak orangtua, berani mengancam orangtua, atau seperti contoh sederhana tadi: menuntut dipenuhi keinginan di luar kemampuan orangtuanya.

Ada dua jalan utama orangtua untuk dapat dapat menguasai anak atau bahasa halusnya agar orangtua dapat mengendalikan perilaku anak. Pertama, berkomitmen untuk bersikap dan berperilaku tegas pada anak. Tentang ini, sudah sering saya bahas dalam tulisan saya yang lain. Kedua, berkomitmen untuk mendengarkan anak. Maka berlatihlah!

Jika seorang anak didengarkan, maka ia merasa diakui. Jika seorang anak diakui, maka ia merasa dihargai. Jika anak merasa dihargai, maka ia akan memiliki konsep diri positif tentang dirinya sendiri. Jika konsep diri anak positif, maka ia akan mudah mengeluarkan potensi-potensi (fitrah) positifnya. Dan Anda akan merasakan betapa kebaikannya melejit-lejit setiap hari.

Jika seorang anak didengarkan, maka ia pun merasa ‘dekat’ dengan orangtuanya. Jika seorang anak merasa dekat dengan orangtuanya, maka ia sangat, sangat, sangat mudah untuk mendengarkan pesan-pesan dari orangtuanya. Dan kalau anak sudah mendengarkan pesan-pesan orangtuanya, maka bukankah Anda berhasil mengendalikan anak Anda?

Ok, mari latihan.

Kasus 1: Bertanya berulang-ulang

Pernahkah Anda mendapatkan balita Anda bertanya berulang-ulang tentang sesuatu hal yang sebenarnya sudah ia tahu atau sesuatu yang sudah kita jawab?

Misalnya, “Bunda ini warna apa?” Lalu Bunda menjawab. “Biru!”. Kemudian sebagian anak ini bertanya lagi, “Warna apa?”. Lalu Bunda menjawab pula “Biru Nak!”

“Warna apa Bunda?”

“Biru!”

“Apa?”

“Biru....!!!!!”

“Warna Biru ya Bunda?!”

“Iyaaaaa!!! Sudah tanya lagi-tanya lagi! Kan Bunda sudah kasi tau! Bawel amat sih, tanya-tanya mulu!”

Ini jawaban orangtua biasa. Lah, anak begitu sabar bertanya, mengapa orangtua tidak sabar menjawab? Masa kalah sama anak kecil?! Orangtua shalih akan terus melayani dan tidak ‘kalah’ dengan kesabaran anak bertanya dan mengimbanginya dengan sabar menanggapi. Percaya atau tidak, anak akan capek sendiri jika kita terus bersabar menjawab.

Ok, jika Anda mengatakan sabar ada batasnya. Jika lagi bad mood, jika Anda lagi pusing dan capek. Anda boleh merasa terganggu dengan anak, tapi please tak usah berlebihan dengan menembakkan kalimat negatif pada anak: bawel! Cukup katakan “Bunda ndak mau jawab sekarang, Bunda lagi capek, maaf ya nak!” sudah itu bersiaplah untuk bersabar dengan ujian lain: nangis. Silahkan jika Anda tahan.

Tenang, tentang parents, saya pun pernah mengalaminya. Menanggapi anak yang bertanya berulang-ulang justu jauh lebih baik dan lebih cepat selesai dibandingkan kita mengabaikannya. Anak ketiga saya, Syarifah (3 thn), suatu saat bertanya tentang hal ini:

“Abah, sekarang hari apa?”

“Senin”, Jawab saya.

Lalu dia bertanya lagi “Sudah Senin?”

“Selasa.”

“Sudah Selasa?”

“Rabu.”

“Sudah Rabu?”

“Kamis.”

“Sudah Kamis?”

“Jum’at!”

“Sudah Jum’at?”

“Sabtu.”

“Sudah Sabtu?”

“Ahad”

“Sudah Ahad?”

“Senin?”

“Sudah Senin?”

Dan seterusnya...... dia berputar-putar terus bertanya tentang nama-nama hari. Parents, pertanyaan berulang-ulang yang balita tanyakan sebenarnya sangat berguna bagi anak untuk mengingat lebih baik, untuk tertanam dalam pikirannya lebih baik dan untuk menguatkan informasi yang sudah masuk sehingga nempel di alam bawah sadarnya.

Karena saya terus meladeninya, dia akhirnya berhenti. Lalu saya tanya “kenapa berhenti?” Syarifah menjawab “Capek ah, Bah!”.

Tuh kan?

Kasus 2: Meminta Barang yang Tak Bisa Dipenuhi
Sebagai orangtua, kadang waktu, tenaga dan sumberdaya lain dari kita terbatas. Maka boleh-boleh saja kita tidak bisa memenuhi semua permintaan anak. Bahkan dalam konteks tertentu, justru memenuhi semua yang anak inginkan (memanjakan) yang tidak pada tempatnya tidak produktif untuk masa depan anak.

“Ayah, mau mobil-mobilan yang itu?”

Kita boleh menolaknya jika sebenarnya kemarin misalnya sudah beli mainan. Tapi orangtua biasa akan mengeluarkan kalimat ini?

“Kan sudah kemarin beli mainan?”

“Iya tapi kan beda, aku mau yang itu?”

“Nggak bisa!”

Sekali lagi kita boleh bersikap tegas, tapi apapun keinginan anak, coba pake rumus ini: apapun yang anak inginkan tanyakan pada diri Anda: “apa sih sebenarnya yang ada di pikiran anak kita?”

Lalu setelah itu kita akan mengeluarkan kalimat-kalimat ini sebelum menolak keinginan anak:

“Abang suka mobil-mobilan yang itu?”

“Iya”

“Kenapa Abang suka yang itu?”

“Bagus ayah, ada remotenya, bentuknya keren.. (dan seterusnya biar anak berpendapat tentang mobil-mobilan itu”

“Iya, ya, keren juga. Abang boleh punya ya, tapi tidak sekarang. Kan sekarang bukan jadwal beli mainan. Bagaimana kalau kita buat jadwal beli mainan? Sebulan sekali. Tanggalnya boleh Abang pilih nanti ajukan sama Ayah. Nanti waktunya beli mainan lagi, kita beli mainan yang itu!”

Nah setelah mendengarkan insya Allah perasaan anak lebih baik. Ia merasa diakui, dihargai, diperhatikan. Lepas dari mainan apakah dibelikan atau tidak. Meski mungkin mainannya tidak dibelikan, meski mungkin anak akan kecewa, nangis dan seterusnya, tapi pasti perasaannya jauh lebih baik dibandingkan Anda langsung menolaknya dan anak tidak mengeluarkan apa yang ada di pikirannya.

Kasus 3: Mengajak Pergi yang Anda Tak Bisa Pergi

Misalnya anak Anda 9 tahun suatu saat mengajak Anda: “Mami, ayo jalan-jalan!”

Saat tidak bisa, orangtua biasa akan mengatakan “Nggak lihat apa Mami lagi sibuk?” atau kalimat yang sejenis ini: “Mami capek, Mami lagi nggak bisa, jalan terus, kan ada waktunya, nanti lagi!”

Tapi orangtua shalih akan terus bertanya untuk mencoba menggali pikiran anak dulu lalu kemudian baru kemudian mengatakan ketidakbisaan memenuhinya.

“Jalan-jalan kemana Nak?”

“Pengen ke BSM?”

“Mau ngapain di BSM?”

“Ya lihat-lihat aja?”

“Kamu kan sering ke BSM, emang biasanya apa sih yang senang kamu lihat?”

“Ya Aku senang lihat buku-baku baru Mi!”

“Iya Mami juga senang jalan-jalan. Tapi maaf sayang, Mami lagi nggak bisa!”

Mendengarkan sebenarnya seharusnya adalah pekerjaan yang yang paling mudah dilakukan. Tindakan ini tidak memerlukan alat canggih, tidak memerlukan biaya seperti pulsa telepon (yang gratis bicara 5 menit, 10 menit 100 menit). Mendengarkan bisa dilakukan kapanpun, dimanapun. Kalau pun Anda tengah tidak bisa mendengarkan cukup katakan “Mama, Papa mau mendengarkan cerita kamu, tapi nanti ya 1 jam lagi.” Atau terserah Anda, mau 2 jam lagi, malam hari dan seterusnya.

Saat anak bicara, ini kesempatan bagus untuk menjalin kedekatan emosional dengan anak. Kita akan menyesal suatu saat jika ternyata anak kita lebih memilih bicara dengan gurunya, lawan jenis yang disukainya dibandingkan kita orangtuanya.

Rabu, 15 Juni 2011

Bagaimana Cara Bikin adik Cewek

Tulisan ini memuat tentang berbagai pertanyaan-pertanyaan keingin tahuan dari Seorang Anakku si Mas Royyan ;

Pada suatu sore ketika kami sedang berkumpul dan bercengkrama tiba-tiba dia bertanya ; ayah..., umi..., Mas Royyan pingin punya adik lagi dengan menunjukkan dengan jari tangan dan kakinya diangkat woww 20 bo' dan kami hanya bisa tertawa...ckckckk..anakku lucu banget pikir kami sambil saling berpandangan trus tiba-tiba lagi dia bertanya dengan muka polos;
Ma Royyan : ayah...,umi... mas Royyan pingin punya adik cowok kan udah punya adik cewek, trus dengan wajah polosnya dia tiba-tiba nanya; gimana sih yah caranya bikin adik cewek ?

Ayah dan Umi : gubrak !!! upss...kami harus menahan ketawa kami demi anak kami agar tidak bingung dan Ayahnya cuma bisa bilang kalo Cara bikinnya ya sama aja kayak bikin adik cowok heeeeee.....

Mas Royyan : oooww sama ya Ayah...trus kok bisa beda?

Ayah : sambil senyum-senyum...iya mas cara buatnya sama...nah lahirnya beda karena sudah takdirnya Allah karena dia yang menciptakan

Hmmm...kira-kira para Ayah dan Bunda gimana ya jawabnya..kalo ditanyain hal yang sama oleh anak-anaknya..

Kegagalan

Kita punya 40 juta alasan untuk gagal,namun tidak satu pun izin
Rudyard Kipling

Selasa, 14 Juni 2011

The Power Of SEDEKAH


Tidak bermaksud Riya' ini adalah cerita nyata kami,sedekah uang tidak mesti dibalas dengan uang akan tetapi bisa berupa kesehatan,keselamatan,dan masih banyak lagi kenikmatan dari Allah...begini ceritanya ..setelah tadi malam hadir (11 Juni ) dalam Carity Dinner bareng Hadad Alwi untuk pembangunan Musholla Mandala Darussalam,pulang bawa oleh2 sertifikat,Lukisan Kaligrafi buat sepasang anakku hmm..bahagia dan terasa nikmat hati ini karena bisa berbagi ...

giliran siang ini suami pulang sholat dhuhur dari masjid dan bawa mas Royyan tiba-tiba terdengar suara bel motor dan gubrak pagar rumahku roboh gara-gara ditabrak motor yg dibawa suamiku tak ayal lagi kulangsung teriak kenceng panggil nama anakku mas royyaaan..(terbayang dipelupuk mata anakku pasti luka parah ) dan tetangga pada keluar semua masyaAllah...saya begitu paniknya sampai-sampai sempet reflek keluar tanpa memakai kerudung... Alhamdulillah hati kecil ini segera berseru mengingatkan untuk pakai kerudung lebih dulu,saya balik masuk kamar untuk menutup aurot dan segera lari keluar rumah.

Sampai diluar Alhamdulillah keduanya selamat jg motornya cuma pagarnya lepas dr rel..Kulihat suamiku sedang berusaha mengangkat badan pagar dengan dibantu tetangga...dan dengan rasa tidak percaya diriku terus mencari apakah benar tidak terjadi apa-apa dengan 2 orang yang aku sayangi itu.

Dan akhirnya terlihat jempol kaki suamiku berdarah karena terbentur motor...Masya Allah..ga tega lihatnya..segera kami masuk kedalam rumah meninggalkan pagar yang belum bisa diperbaiki dan segera merawat jempol kaki suamiku..

Berbincang dengan suami ingat kejadian semalam ketika ada undangan Charity Dinner hampir saja kami tidak datang karena dari pagi kami padat acara namun berasa ada panggilan jiwa dan sayang karena udah terlanjur beli tiketnya lumayan berasa dikantong juga akhirnya kami berusaha untuk datang walaupun agak kemalaman.

Diriku hanya bisa mengucap Bersyukur padamu ya Allah telah kau selamatkan suami dan anakku seandainya tadi malam kami tidak berbagi dlm acara penggalian dana itu entah musibah apa yg akan kami terima hari ini...(12 Juni 2011 ) bisa jadi kejadian yang dialami suamiku akan lebih parah...

Saudaraku... telah terbukti bahwa harta yang kita sucikan dengan sedekah mampu menangkal bala yg akan menimpa diri kita ...

So yang ingin bersedekah jangan pake ragu-ragu lagi ya...mantabkan hati dan niat Allah pasti membalasnya dengan balasan yang sebaik-baiknya..

 Semoga dengan cerita ini bisa menginspirasi temen-temen untuk giat membelanjakan hartanya di jalan Allah (SEDEKAH)  dan merasakan kenikmatan yang luar biasa setelah berbelanja....

Silahkan bagi temen2 yang ingin berbagi....coment atopun ada testimoni yang menarik akan mendapatkan souvenir cantik dari saya looh...

Salam,
-antik-


Tugas Seorang Pemimpin bukanlah mengerjakan hal-hal Teknis,melainkan menciptakan 3 kondisi ;
1.Bangun Aspirasi yang mungkin mendukung
2.dapatkan orang-orang bagus (great Leader)
3.bawa energi besar ke tengah-tengah mereka dan bangun antusiasme untuk bergerak
(Joseph White)

Senin, 13 Juni 2011

Perlu tidaknya anak dimasukkan ke Preschool ?

Saya sedih sekali mendengar bahwa banyak ibu yang memasukkan anaknya ke preschool/day care karena alasan gengsi dan ingin mendapatkan pendidikan yang lebih baik dan berkualitas. Saya kira orang tua dan pengelola kurang memahami mengapa preschool diselenggarakan.
Alasan utama menyelenggarakan preschool atau home care adalah untuk membantu ibu-ibu yang bekerja yang tidak mempunyai keluangan untuk mengasuh anaknya. Dengan kata lain, ibu-ibu yang tidak bekerja dan tidak memiliki kesibukan di luar rumah, tidak perlu mengirimkan anaknya ke day care karena ibu-lah yang paling baik dan berkewajiban mengasuh anak-anaknya di rumah.
Ada perbedaan perkembangan yang mendasar antara anak yang dititipkan di preschool dengan anak yang diasuh sendiri oleh ibunya pada masa kanak. Anak-anak yang dimasukkan ke preschool tentu saja tidak mendapatkan kasih sayang orang tuanya selama dia dititipkan, dia juga akan lebih patuh kepada pengasuhnya ketimbang ibunya. Anak-anak yang diasuh di rumah pada usia 2 tahun mulai mampu mengucapkan kata dan senang meniru. Pada masa ini ibunya perlu sangat berhati-hati menggunakan kata, memanggil anak dengan panggilan kesayangan, “Nak”, dan bukan dengan namanya saja. Umur 2 tahun juga sudah bisa mengenal kata “Tolong”, sehingga ibu bisa memberinya tugas-tugas ringan, misalnya, “Tolong lap ini, Nak !”  Menemani Ibu bekerja di dapur, mempersiapkan makan siang adalah juga kesibukan yang sangat dinikmati anak-anak berusia 3 tahun. Bahkan ibu-ibu yang rutin pergi belanja ke pasar, mengajak anak-anak berusia 2-3 tahunan ke pasar adalah sebuah pengalaman dan pendidikan alami yang sangat baik. Saya masih ingat ponakan saya yang sering diajak ibunya ke pasar menirukan dengan sangat baik gaya ibunya menawar sayur pada saat 3 tahunan. Pengalaman berkebun, membersihkan halaman, menyapu dan mengepel rumah yang bisa melatih semua motorik anak tidak bisa didapatkan di preschool.
Kegiatan yang bisa ditawarkan di preschool adalah kegiatan rutin yang sama untuk setiap anak, padahal pada dasarnya anak-anak memiliki perkembangan dan daya tangkap yang berbeda. Tentu saja  pre school yang baik harus sedapat mungkin menghadirkan suasana rumah sehingga anak tidak merasa asing dengan perpindahan dan perubahan lingkungan yang dialaminya.
Banyak juga Ibu yang beralasan memasukkan anaknya ke preschool karena ingin anaknya bisa cepat menghitung, membaca, bercas-cis cus dalam bahasa Inggris. Karena anaknya Bu Anu sudah bisa menghitung sampai 100, anaknya Bu Anu sudah lancar membaca dan menulis, anaknya Bu Anu sudah bisa bicara bahasa Inggris, padahal umurnya masih 2 tahun.
Lebih parahnya lagi, pengelola preschool sangat tidak peduli dengan dampak perkembangan anak. Tidak ada seleksi ketat, apakah seorang anak layak dititipkan karena alasan ibunya bekerja misalnya. Yang menjadi patokan pertama adalah kantong orang tua. Saya kira pemerintah perlu mengeluarkan peraturan bahwa anak-anak yang boleh dititipkan di preschool hanyalah jika ibunya bekerja atau sakit (fisik atau mental) sehingga tidak bisa mengasuh anak. Semestinya pemerintah harus turun tangan membuat aturan tentang hal ini, jika memang pemerintah peduli pada pendidikan dan perkembangan anak.
Lalu ada “kongkalikong informal” antara preschool dengan TK. Ada beberapa TK yang menulis kata internasional dan mempersyaratkan calon siswanya sudah bisa berbahasa Inggris. Ibaratnya sudah ada pola, jika hendak masuk TK yang ngetop, maka anak harus dimasukkan preschool Anu.
Apakah kita tidak pernah berfikir bahwa kita sudah menanamkan dunia kompetisi dan bukan dunia bebas bermain dan berkembang kepada anak-anak ? Saya pikir sekalipun kita memasuki era globalisasi bukan jor-joran semacam ini yang diinginkan. Isyu globalisasi menurut saya terlalu dibesar-besarkan dengan membawa ide kecenderungan menyatunya dunia dengan hanya satu bahasa pengantar, yaitu bahasa Inggris. Saya pikir tidak akan pernah dunia ini menyatu dan damai sementara masih ada pemisahan kaya miskin. Dan perbedaan status tersebut adalah sebuah sunatullah yang tidak bisa diubah. Globalisasi semestinya diartikan dengan keinginan untuk mendapatkan kehidupan di dunia yang lebih akrab, toleransi tinggi, dan pemahaman bijak tentang adanya perbedaan. Semua itu hanya bisa diperoleh dengan fondasi didikan/pengertian etika yang baik, yang diajarkan melalui pembiasaan berupa kegiatan dan bacaan.
Bacaan adalah hal yang mutlak diadakan untuk anak-anak. Di preschool memang terpajang banyak buku di rak-raknya, tetapi belum tentu setiap hari anak membacanya atau dibacakan kepadanya. Sementara untuk Ibu yang tidak bekerja, waktu untuk membacakan cerita kepada anak-anaknya melimpah. Bisa dilakukannya setiap malam menjelang tidur, sebelum tidur siang, atau waktu minum teh di sore hari.
Kegiatan menjelang tidur adalah kegiatan yang paling berperan dalam perkembangan anak. Sebelum tidur biasanya ibu akan menyuruh anak menggosok gigi (sebenarnya 30 menit sesudah makan), lalu ada juga ibu yang menyuruh anaknya pipis dulu, supaya tidak ngompol. Sebenarnya ini tidak perlu, sebab semua anak akan mengalami masa ngompol selama tidur, dan tidak ada jaminan bahwa dia tidak ngompol jika disuruh pipis dulu sebelum tidur. Ibu yang baik akan membacakan buku-buku cerita atau kalau tidak mengalunkan musik pengantar tidur atau lantunan ayat suci Al-Quran. Pembiasaan seperti ini tidak bisa dilakukan di preschool karena setiap anak berbeda. Jika preschool Islam mungkin bisa saja melantunkan ayat Al-Quran, tetapi jika preschool umum, maka musik klasik bisa menjadi pilihan. Dan jangan lupa membacakan cerita untuk masing-masing anak tentunya tidak bisa dilakukan jika pengasuh hanya ada satu atau dua orang dan anak yang diasuh ada sepuluh orang.
Tulisan ini tidak bermaksud mengurangi peran preschool sebagai lembaga yang layak untuk membantu kesulitan ibu-ibu bekerja, tetapi mengajak para ibu yang tidak bekerja untuk berfikir jernih dan mementingkan pembinaan dan pengasuhan anak-anaknya melalui tangannya sendiri.
Ibu-ibu yang menitipkan anaknya ke preschool, dan selama masa penitipan tersebut, si Ibu pergi belanja atau sibuk dengan internet, chatting, menonton TV, dan menyerahkan pengasuhan anaknya kepada pengasuh di preschool, saya kira perlu berpikir mendalam, apa sebenarnya yang dia cari di dunia, dan apa artinya seorang anak baginya.

Ayolah ibu...rawat anak-anak kita dengan kemampuan kita karena sesungguhnya suatu saat nanti kita pasti akan dimintai pertanggung jawaban atas apa yang telah Allah titipkan Kepada kita.

Tulisan ini sebagai nasehat juga untuk diriku pribadi....

Kamis, 07 April 2011

Ciri-ciri Manusia yang VisioNer...

Manusia terdiri dari 3 level :
-          Level 1, melihat dengan kasat mata
-          Level 2, melihat dengan mata analis
-          Level 3, melihat dengan visi
Bagi mereka semua mungkin (possible)
ST. Covey.
Ciri-ciri manusia yang Visioner
Manusia yang visioner  adalah manusia yang efektif dan membawa kemajuan.
Ciri-ciri manusia visioner  mempunyai ciri-ciri:
  1. Mereka Terus Belajar
Mereka selalu belajar dari pengalaman. Membaca, mengikuti pelatihan dan kursus, mendengar orang lain, selalu ingin tahu, selalu bertanya. Mereka mengembangkan keterampilan baru, minat baru. Energi untuk belajar dan bertumbuh muncul dengan sendirinya dan akan mengisinya sendiri pula
  1. Mereka Berorientasi pada Pelayanan
Orang-orang yang visioner  melihat kehidupan sebagai suatu misi, tidak sebagai karir. Sumber-sumber pertumbuhan mereka untuk melayani, memikirkan orang lain. Segala usaha akan mubazir apabila tidak disertai rasa tanggung jawab, pelayanan, sumbangsih dan adanya beban yang harus dipikul. Hadits. Sebaik-baik orang adalah yang bermanfaat untuk orang lain.
Mereka Memancarkan Energi Positif
Air muka orang-orang visioner itu riang, menyenangkan dan bahagia. Sikap mereka optimis, positif dan bergairah. Semangat mereka antusias, penuh harap, mempercayai.Energi positif ini merupakan aura yang mengelilingi mereka dan juga mengisi atau merubah energi negatif disekitar mereka. Mereka juga menarik dan memperbesar medan-medan energi positif yang lebih kecil. Apabila mereka bertemu dengan sumber energi negatif yang kuat, mereka akan menetralisir atau menyingkiri energi negatif tersebut.
  1. Mereka Mempercayai Orang Lain 
Orang-orang visioner  tidak bereaksi berlebihan pada prilaku negatif, kritikan atau kelemahan-kelemahan manusiawi. Mereka tidak merasa hebat ketika menemukan kelemahan-kelemahan orang lain
Mereka menyedari bahwa perilaku dan potensi adalah dua hal yang berbeda. Mereka percaya orang mempunyai potensi yang tak nampak. Mereka mensyukuri kelebihan mereka dan merasa wajar untuk dengan tulus memaafkan dan melupakan kekasaran orang lain. Mereka tidak berkeluh kesah. Mereka tidak mau mencap orang lain, mencirikan mereka, mengkotak-kotakan dan berprasangka. Mereka lebih memilih untuk melihat potensi terpendam pada setiap orang dan memahami proses untuk membuat potensi itu terwujud.
  1. Mereka Hidup Seimbang (Tawazun)
Mereka aktif dalam kegiatan sosial dan mempunyai banyak teman dan beberapa teman kepercayaan. Secara intelektual aktif dan mempunyai banyak minat. Mereka membaca, melihat, mengamati dan belajar. Dalam batas-batas umum dan kesehatan, mereka aktif secara fisik. Mereka menikmati saat-saat menyenangkan. Mereka bergembira. Mereka mempunyai selera humor yang sehat (khususnya dapat menertawakan diri sendiri dan bukan orang lain). Anda dapat merasakan bahwa mereka memiliki rasa hormat yang sehat dan kejujuran pada diri mereka sendiri.
Mereka sadar akan martabat mereka sendiri, yang terlihat dalam semangat dan integritas mereka dan dalam sikap mereka yang tidak perlu menyombongkan diri, memutuskan hubungan, berlindung dibalik harta milik, identitas atau gelar atau prestasi terdahulu. Mereka terbuka dalam berkomunikasi, sederhana, lugas, tidak manipulatif. Mereka juga dapat merasakan apa yang patut, bagi mereka lebih baik kurang dari pada berlebih-lebihan.
Tindakan dan sikap mereka seimbang dengan situasi-seimbang, tidak berlebihan, menguasai diri, dan bijak. Sebagai contoh, mereka tidak gila kerja, tidak ekstrem dalam beragama, bukan orang diet berlebihan, bukan orang yang suka makan tanpa kontrol, bukan pecandu kenikmatan atau martir yang berpuasa. Mereka bukanlah budak dari rencana dan jadwal mereka. Mereka tidak mengutuk diri sendiri untuk setiap kesalahan yang tolol atau kecerobohan sosial. Mereka tidak terikat pada masa lalunya atau melamun mengenai hari esok. Mereka dengan nalar menjalani masa sekarang, dengan teliti merencanakan masa depan dengan luwes menyesuaikan diri terhadap keadaan yang berubah-ubah. Kejujuran diri mereka terungkap dalam selera humor mereka, dalam kerelaan mereka untuk mengakui dan kemudian melupakan kesalahan, dan untuk dengan gembira mengerjakan berbagai hal selanjutnya yang berada dalam kemampuan mereka.
  1. Mereka Melihat Hidup Sebagai Suatu Perjuangan
Orang-orang visioner menikmati hidup. Hidup adalah perjuangan untuk memberi sebanyak-banyaknya, dan bukan untuk menerima sebanyak-banyaknya. Rasa aman mereka terletak dalam inisiatif mereka, keterampilan, kreatifitas, kemauan, keberanian, dinamika dan kecerdikan mereka dan bukan pada keamanan, perlindungan dan kelimpahan kediaman mereka atau pada daerah-daerah kenyamanan mereka. Mereka selalu memberi perhatian pada orang lain setiap kali bertemu, selalu tertarik. Mereka mengajukan pertanyaan dan melibatkan diri. Mereka benar-benar memperhatikan saat mendengar. Mereka tidak mencap orang-orang itu berdasarkan pada kesuksesan atau kegagalan masa lalu. Mereka melihat tak seorangpun benar-benar luar biasa. Mereka tidak terlalu kagum pada tokoh-tokoh puncak. Mereka tidak mau menjadi pengikut siapapun dengan buta tuli. Mereka pada dasarnya tidak dapat dipengaruhi dan mampu untuk menyesuaikan diri hampir pada semua hal yang sedang terjadi. Mereka benar-benar hidup berkelimpahan (bank deposito kebaikan).
Mereka Sinergistik
Orang-orang yang visioner itu sinergistik. Mereka adalah katalis perubahan. Mereka memperbaiki hampir semua situasi yang melibatkan mereka. Mereka bekerja secerdik seperti mereka bekerja keras. Mereka luar biasa , tetapi dalam cara-cara baru dan kreatif Dalam kerja kelompok mereka menyumbangkan kekuatan dan berusaha  untuk memperbaiki kelemahan mereka dengan kekuatan orang lain. Pendelegasian untuk memperoleh hasil adalah mudah bagi mereka, sebab mereka percaya pada kekuatan dan kemampuan orang lain. Dan karena mereka tidak terancam oleh kenyataan bahwa orang lain itu lebih baik dalam beberapa hal. Mereka memusatkan pada kepentingan dan urusan orang lain dari pada berebut kedudukan. Pemecahan sinergistik dimana masing-masing pihak ada dalam keadaan menang/menang.
  1. Mereka Selalu Memperbaiki Diri.
Pada akhirnya mereka secara teratur memperbaiki dimensi kepribadiannya : fisik, fikir, ma’nawi spiritual.Secara fisik mereka memperhatikan hak-hak badan seperti olah raga, menjaga makanannya, istirahat yang cukup.
Fikiran dengan membaca, dengan pemecahan masalah secara kreatif, menulis dan menvisualisasikan.
Ma’nawi spiritualnya mereka memusatkan pada doa, mengkaji kitab suci, mendekatkan diri pada Allah dan berpuasa. Berusaha untuk bersabar, untuk mendengarkan orang lain dengan empati yang tulus, untuk mencintai yang tulus. Kita tidak boleh menjadi terlalu sibuk  menggergaji sampai tidak sempat mengasah gergajinya.
Hadits. ”Hari ini sama dengan hari kemarin adalah kerugian”. Kemenangan pribadi dan menjamin kemenangan publik  sebagaimana sabda Nabi SAW ” Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin. Dan hari esok harus lebih bai dari hari ini”.
Prinsip-prinsip pembaharuan diri ini secara bertahap akan menghasilkan karakter yang kuat dan sehat dengan keinginan melayani yang sangat kuat pula.

Minggu, 27 Februari 2011

Postingan Pertama ku

Bismilahirrohmanirrohiim..
Assalamualaikum warrahmatullohi wabarakatuh...

Hmmm....
diem sejenak dan berfikir...
apa yang harus ku tulis yaa...
sebenarnya banyak yang ingin aku ungkapkan dan ku tuliskan namun kenapa lebih banyak berfikirnya ya..
Seperti Pak Dahlan Iskan...bliau kalo nulis enak banget...ngaliiiiir begitu aja, tapi enak juga dibaca..bahasanya enteng dan tidak bertele-tele..karena dia penulis kalee...hehehe...

Pernah juga baca tips2 menulis..kalo mau nulis ya tulis aja apa yang ada dalam hatimu...pasti akan jadi tulisan juga hehehe...ya bener juga..yaah..sekarang aku mau praktekin deh biar jadi penulis kayak pak Dahlan iskan,Neno Warisman juga Asma Nadia yang udah sukses jadi penulis populair.

Okey dear....
Mulaiii........emang untuk mengawali segala sesuatu akan terasa berat,susah dan ragu-ragu...tapiii...kalo udah terlanjur kecemplung (apaan tuh???) nyebur alias masuk....baru akan terasa nikmat ato gak nya..tul gak siiih....betul kan?kok balik cerita lagi siieeh..Now...Lets Action...

.






SUAMI YANG DIRINDUKAN

Dear Suamikuu... Terima kasih banyak telah menjadi imam terbaikku..mengajariku tentang banyak hal, wawasan, kebijaksanaan, selalu mensupport...