Senin, 13 Juni 2011

Perlu tidaknya anak dimasukkan ke Preschool ?

Saya sedih sekali mendengar bahwa banyak ibu yang memasukkan anaknya ke preschool/day care karena alasan gengsi dan ingin mendapatkan pendidikan yang lebih baik dan berkualitas. Saya kira orang tua dan pengelola kurang memahami mengapa preschool diselenggarakan.
Alasan utama menyelenggarakan preschool atau home care adalah untuk membantu ibu-ibu yang bekerja yang tidak mempunyai keluangan untuk mengasuh anaknya. Dengan kata lain, ibu-ibu yang tidak bekerja dan tidak memiliki kesibukan di luar rumah, tidak perlu mengirimkan anaknya ke day care karena ibu-lah yang paling baik dan berkewajiban mengasuh anak-anaknya di rumah.
Ada perbedaan perkembangan yang mendasar antara anak yang dititipkan di preschool dengan anak yang diasuh sendiri oleh ibunya pada masa kanak. Anak-anak yang dimasukkan ke preschool tentu saja tidak mendapatkan kasih sayang orang tuanya selama dia dititipkan, dia juga akan lebih patuh kepada pengasuhnya ketimbang ibunya. Anak-anak yang diasuh di rumah pada usia 2 tahun mulai mampu mengucapkan kata dan senang meniru. Pada masa ini ibunya perlu sangat berhati-hati menggunakan kata, memanggil anak dengan panggilan kesayangan, “Nak”, dan bukan dengan namanya saja. Umur 2 tahun juga sudah bisa mengenal kata “Tolong”, sehingga ibu bisa memberinya tugas-tugas ringan, misalnya, “Tolong lap ini, Nak !”  Menemani Ibu bekerja di dapur, mempersiapkan makan siang adalah juga kesibukan yang sangat dinikmati anak-anak berusia 3 tahun. Bahkan ibu-ibu yang rutin pergi belanja ke pasar, mengajak anak-anak berusia 2-3 tahunan ke pasar adalah sebuah pengalaman dan pendidikan alami yang sangat baik. Saya masih ingat ponakan saya yang sering diajak ibunya ke pasar menirukan dengan sangat baik gaya ibunya menawar sayur pada saat 3 tahunan. Pengalaman berkebun, membersihkan halaman, menyapu dan mengepel rumah yang bisa melatih semua motorik anak tidak bisa didapatkan di preschool.
Kegiatan yang bisa ditawarkan di preschool adalah kegiatan rutin yang sama untuk setiap anak, padahal pada dasarnya anak-anak memiliki perkembangan dan daya tangkap yang berbeda. Tentu saja  pre school yang baik harus sedapat mungkin menghadirkan suasana rumah sehingga anak tidak merasa asing dengan perpindahan dan perubahan lingkungan yang dialaminya.
Banyak juga Ibu yang beralasan memasukkan anaknya ke preschool karena ingin anaknya bisa cepat menghitung, membaca, bercas-cis cus dalam bahasa Inggris. Karena anaknya Bu Anu sudah bisa menghitung sampai 100, anaknya Bu Anu sudah lancar membaca dan menulis, anaknya Bu Anu sudah bisa bicara bahasa Inggris, padahal umurnya masih 2 tahun.
Lebih parahnya lagi, pengelola preschool sangat tidak peduli dengan dampak perkembangan anak. Tidak ada seleksi ketat, apakah seorang anak layak dititipkan karena alasan ibunya bekerja misalnya. Yang menjadi patokan pertama adalah kantong orang tua. Saya kira pemerintah perlu mengeluarkan peraturan bahwa anak-anak yang boleh dititipkan di preschool hanyalah jika ibunya bekerja atau sakit (fisik atau mental) sehingga tidak bisa mengasuh anak. Semestinya pemerintah harus turun tangan membuat aturan tentang hal ini, jika memang pemerintah peduli pada pendidikan dan perkembangan anak.
Lalu ada “kongkalikong informal” antara preschool dengan TK. Ada beberapa TK yang menulis kata internasional dan mempersyaratkan calon siswanya sudah bisa berbahasa Inggris. Ibaratnya sudah ada pola, jika hendak masuk TK yang ngetop, maka anak harus dimasukkan preschool Anu.
Apakah kita tidak pernah berfikir bahwa kita sudah menanamkan dunia kompetisi dan bukan dunia bebas bermain dan berkembang kepada anak-anak ? Saya pikir sekalipun kita memasuki era globalisasi bukan jor-joran semacam ini yang diinginkan. Isyu globalisasi menurut saya terlalu dibesar-besarkan dengan membawa ide kecenderungan menyatunya dunia dengan hanya satu bahasa pengantar, yaitu bahasa Inggris. Saya pikir tidak akan pernah dunia ini menyatu dan damai sementara masih ada pemisahan kaya miskin. Dan perbedaan status tersebut adalah sebuah sunatullah yang tidak bisa diubah. Globalisasi semestinya diartikan dengan keinginan untuk mendapatkan kehidupan di dunia yang lebih akrab, toleransi tinggi, dan pemahaman bijak tentang adanya perbedaan. Semua itu hanya bisa diperoleh dengan fondasi didikan/pengertian etika yang baik, yang diajarkan melalui pembiasaan berupa kegiatan dan bacaan.
Bacaan adalah hal yang mutlak diadakan untuk anak-anak. Di preschool memang terpajang banyak buku di rak-raknya, tetapi belum tentu setiap hari anak membacanya atau dibacakan kepadanya. Sementara untuk Ibu yang tidak bekerja, waktu untuk membacakan cerita kepada anak-anaknya melimpah. Bisa dilakukannya setiap malam menjelang tidur, sebelum tidur siang, atau waktu minum teh di sore hari.
Kegiatan menjelang tidur adalah kegiatan yang paling berperan dalam perkembangan anak. Sebelum tidur biasanya ibu akan menyuruh anak menggosok gigi (sebenarnya 30 menit sesudah makan), lalu ada juga ibu yang menyuruh anaknya pipis dulu, supaya tidak ngompol. Sebenarnya ini tidak perlu, sebab semua anak akan mengalami masa ngompol selama tidur, dan tidak ada jaminan bahwa dia tidak ngompol jika disuruh pipis dulu sebelum tidur. Ibu yang baik akan membacakan buku-buku cerita atau kalau tidak mengalunkan musik pengantar tidur atau lantunan ayat suci Al-Quran. Pembiasaan seperti ini tidak bisa dilakukan di preschool karena setiap anak berbeda. Jika preschool Islam mungkin bisa saja melantunkan ayat Al-Quran, tetapi jika preschool umum, maka musik klasik bisa menjadi pilihan. Dan jangan lupa membacakan cerita untuk masing-masing anak tentunya tidak bisa dilakukan jika pengasuh hanya ada satu atau dua orang dan anak yang diasuh ada sepuluh orang.
Tulisan ini tidak bermaksud mengurangi peran preschool sebagai lembaga yang layak untuk membantu kesulitan ibu-ibu bekerja, tetapi mengajak para ibu yang tidak bekerja untuk berfikir jernih dan mementingkan pembinaan dan pengasuhan anak-anaknya melalui tangannya sendiri.
Ibu-ibu yang menitipkan anaknya ke preschool, dan selama masa penitipan tersebut, si Ibu pergi belanja atau sibuk dengan internet, chatting, menonton TV, dan menyerahkan pengasuhan anaknya kepada pengasuh di preschool, saya kira perlu berpikir mendalam, apa sebenarnya yang dia cari di dunia, dan apa artinya seorang anak baginya.

Ayolah ibu...rawat anak-anak kita dengan kemampuan kita karena sesungguhnya suatu saat nanti kita pasti akan dimintai pertanggung jawaban atas apa yang telah Allah titipkan Kepada kita.

Tulisan ini sebagai nasehat juga untuk diriku pribadi....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SUAMI YANG DIRINDUKAN

Dear Suamikuu... Terima kasih banyak telah menjadi imam terbaikku..mengajariku tentang banyak hal, wawasan, kebijaksanaan, selalu mensupport...